STAIN Meulaboh Rilis Seuramoe Moderasi Beragama

By Abdi Satria


nusakini.com-Meulaboh- Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh, Aceh, meluncurkan Seuramoe Moderasi Beragama. Peluncuran ini bersamaan peringatan enam tahun penegerian kampus yang berada di Wilayah Barat Selatan Provinsi Aceh ini. 

Penegerian kampus ini diresmikan pada 19 September 2014 melalui Surat Keputusan Menteri Agama RI. 

"Rumah Seuramoe Moderasi Beragama ini merupakan unit kajian khusus yang disiapkan untuk mengkaji isu-isu terkait moderasi beragama di Aceh dan Indonesia," terang Ketua STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh Inayatillah di Aceh, kemarin.

Bersamaan peresmian ini, lanjut Inayatillah, digelar Webinar Nasional bertajuk “Moderasi Beragama dan Tantangan di Era Disrupsi.” Webinar ini menghadirkan tiga narasumber, yaitu Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Amany Lubis, Dosen Antropolog pada UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Reza Idria, Ph.D dan Ketua STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh, Dr. Inayatillah.M.Ag. Sebagai Keynot Speaker, Menteri Agama menyampaikannya melalui rekaman video. 

Ketua STAIN dalam paparannya menyoroti posisi milenial dalam noderasi beragama. Menurutnya, sebagai agent social of change dan harapan umat, mahasiswa selaku generasi muda harus disiapkan sebaik mungkin, terutama dari segi pengetahuan berbangsa, bernegara dan beragama. "Jika itu dipersiapkan, maka akan lahir milenial-milenial dengan karakter moderat yang mampu membawa perubahan di tengah-tengah masyarakat,” jelasnya. 

"Kami mohon doa dari masyarakat Aceh agar proses perubahan bentuk menuju IAIN Meulaboh segera bisa terwujud," lanjutnya. 

Dosen UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Reza Idria mengatakan, moderasi beragama dalam konteks Aceh adalah moderasi beragama yang dipromosikan pemerintah saat ini. Yaitu, konsep yang tidak hanya ditujukan bagi umat Islam saja, namun untuk semua pemeluk agama. Menurutnya, sebagai sebuah konsep, jika merujuk kepada ilmu sosial, maka itu berbanding lurus dengan peradaban Barat. Bahkan jika ditelisik lebih jauh, sangat berkaitan dengan orang Barat menilai peradabannya dan problem-problemnya sendiri. 

“Jika hari ini, berbicara mengenai moderasi beragama seakan ditujukan bagi Islam dan muslim, sebenarnya konsepnya sendiri berasal dari Barat,” jelas Reza. 

Dalam Islam, kata Reza, ilmuwan mengenalkannya dengan konsep washatiyah. Konsep umatan wasatan, umat yang berada di tengah. “Namun tengah yang seperti apa? Ini yang menjadi suatu kajian dan proyek kita bersama,” katanya. 

Reza berpendapat, adegium yang mengatakan Aceh adalah Islam akan menjadi modal orang Aceh. Dalam artian dengan menjadi Aceh, maka menjadi muslim toleran, menawarkan konsep harmonis, tawazun (seimbang) dan tabayun dalam mendengarkan berita. “Konsep itu sudah ada dalam Islam, namun proyek kita ke depan bagaimana kita membahasakan dengan bahasa yang lebih dekat dengan bahasa kita sehari-hari,” terangnya. 

Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Amany Lubis mengatakan, moderasi beragama tidak hanya milik Kementerian Agama, namun telah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN), yang mengharuskan prinsip moderasi beragama dijalankan oleh semua pihak. Amany menjelaskan, moderasi beragama yang sudah diadopsi oleh pemerintah bukan moderasi agama.  

“Bukan seperti itu, ini moderasi beragama adalah kehidupan keberagamaan masyarakat Indonesia, bukan hanya agama Islam. Islam punya prinsip washatiyat dengan cara-cara yang terbuka, keadilan, toleransi dan rahmatan lilalamin,” papar Amany dalam materinya. 

Ketua Panitia Milad ke-6 STAIN Tengku Dirundeng Meulaboh, Muhsinuddin, menjelaskan, selain webinar nasional, ada sejumlah giat yang dilakukan kampus. STAIN Meulaboh akan melaksanakan rapat senat terbuka dalam rangka Milad ke-6 padal 30 September 2020. Orasi Ilmiah akan disampaikan Dr. Sullati Armawi, MA (dosen STAIN Meulaboh) dengan tema "Medorasi Beragama dan Pendidikan Tinggi di Aceh". 

Selanjutnya, lanjut Muhsin, STAIN juga menggelar pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan ini berupa penyerahan bantuan untuk anak yatim, serta mengirim khatib untuk 20 Masjid di Kabupaten Aceh Barat.(p/ab)